Poin Kunci:
- Anafilaksis adalah reaksi berat dan mengancam jiwa yang bisa mengenai semua rentang usia
- Ringan berat reaksi sebelumnya tidak bisa meramalkan bagaimana reaksi yang akan terjadi berikutnya
- Penggunaan adrenalin dengan segera, memperbaiki outcome
- Adrenalin IM adalah terapi first line. Adrenalin IV dicadangkan untuk kasus unresponsive anaphylaxis atau kolaps (Adrenalin IV hanya boleh diberikan oleh dokter yang berpengalaman dan dengan bantuan monitor jantung.
- Pertimbangkan untuk meresepkan autoinjektor untuk pasien yang mengalami reaksi alergi sistemik, tergantung risiko paparan berikutnya.
Guidelines
- Beri Oksigen
- Bila ada Wheezing, stridor, distress, atau gejala klinis syok, beri adrenalin 0,5ml 1:1000 (500mikrogram) IM. Ulangi setelah 5 menit, bila tidak ada perbaikan.
- Lalu berikan klorfeniramin 10 mg IM atau IV secara perlahan. (Difenhidramin 10-50 mg boleh digunakan jika tidak tersedia klorfeniramin).
- Hidrokortison 200mg secara IM atau IV perlahan.
- Kalau tanda-tanda klinis syok tidak segera teratasi dengan obat, segera berikan 1-2 liter cairan IV (lebih baik menggunakan kristaloid)
- Boleh menggunakan salbutamol jika bronkospasme sangat berat dan respon terhadap adrenalin tidak memadai.
- Jika keadaan syok sangat mengancam jiwa, berikan KJL bila perlu dan berikan adrenalin 1:10000 IV (ini sangat berbahaya dan hanya boleh dilakukan oleh petugas/dokter terlatih)
- Manifestasi kulit dari anafilaksis ditemukan secara bervariasi pada 80% kasus, samar-samar atau sangat parah.
- Setelah diagnosis anafilaksis ditentukan, prioritas selanjutnya adalah pemberian adrenalin 0,5ml 1:1000 IM segera.
- dosis adrenalin pada epifen adalah 300mikrogram.
- Jika pasien alergi terhadap suatu obat, pastikan selalu beritahu pasien tersebut.
- Minta pasien anda untuk menyampaikan alerginya, jika ia menemui dokter lain
- Jika merujuk pasien dengan riwayat alergi, sampaikan hal ini pada dokter yang ada rujuk.
- Tempatkan peringatan alergi tersebut di bagian depan.
- Buatlah suatu sistem agar semua staff anda tahu kalau seorang pasien alergi.
Baca bagian pertama tulisan ini
No comments:
Post a Comment